MAKALAH DASAR-DASAR PENGAWETAN (TEKANAN TINGGI)


MAKALAH DASAR-DASAR PENGAWETAN
(Prinsip dan Aplikasi Pengawetan dengan Tekanan Tinggi)

Oleh

Ariefalgi Budianto                                                                    1114051007
Ira Ervinda Naim                                                                      1114051026
Muhammad Nurudin                                                                1114051033
Muhammad Satria Gunawan                                                   1114051032
Nurul Fitriana                                                                            1114051036
Rian Setiawan                                                                           1114051048
Widya Astari                                                                            1114051064
Yudha Aditya Mahendra                                                         1114051067



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012


I.                 PENDAHULUAN

1.1.          Latar Belakang

            Bahan pangan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak (perishable) atau tidak tahan lama, jika dibiarkan begitu saja maka bahan pangan seperti buah atau sayur akan berkurang kualitas nya selama masa penyimpanan. Oleh karena itu, dibutuhkan perlakuan yang lebih untuk menjaga bahan pangan tersebut yaitu dengan melakukan pengawetan. Pengawetan makanan adalah proses perlakuan pada makanan untuk menghentikan atau mengurangi kerusakan pada makanan seperti berkurangnya kualitas dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Pengawetan makanan biasanya terkait dengan penghambatan pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya. Banyak metode atau teknik pengawetan makanan seperti pasteurisasi, pengeringan, pendinginan, pengalengan, pemvakuman, radiasi, pemberian medan listrik, kimiawi, dan lain-lain.
Pengawetan pangan disamping berarti penyimpanan juga memiliki 2 maksud, yaitu:
1)      Menghambat pembusukan.
2)      Menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Salah satu cara mengawetkan bahan pangan adalah pengawetan dengan tekanan tinggi yang efektif membunuh mikroba dan bisa juga dilakukan dengan cara mengolahnya. Salah satu tujuan pengolahan pangan adalah untuk mempertahankan atau mengawetkan kesegaran produk pangan. Dalam beberapa tahun terakhir pengolahan dengan tekanan tinggi merupakan alternatif pengolahan dengan menggunakan panas. Terdapat berbagai produk yang dapat diawetkan menggunakan tekanan tinggi melalui inaktivasi mikroorganisme dan enzim pada tingkatan yang sama dengan pasteurisasi menggunakan panas tanpa menyebabkan perubahan flavor. High Pressure Processing (HPP) adalah metode pengolahan makanan di mana makanan mengalami tekanan tinggi (hingga £ 87.000 per inci persegi atau sekitar 6.000 atmosfer), dengan atau tanpa penambahan panas, untuk mencapai inaktivasi mikroba atau untuk mengubah atribut makanan dalam rangka mencapai kualitas yang diinginkan konsumen. Tekanan Menonaktifkan bakteri yang paling vegetatif pada tekanan di atas £ 60.000 per inci persegi. HPP mempertahankan kualitas makanan, mempertahankan kesegaran alam, dan memperpanjang umur simpan mikrobiologi. Proses ini juga dikenal sebagai proses tekanan tinggi hidrostatik (HHP) dan ultra pengolahan tekanan tinggi (UHP). Pengolahan bertekanan tinggi menyebabkan perubahan minimal dalam karakteristik segar makanan dengan menghilangkan degradasi termal. Dibandingkan dengan pengolahan termal, hasil HPP (hidrostatik pressure processing) dalam makanan dengan rasa lebih segar, dan penampilan yang lebih baik, tekstur dan gizi. Pengolahan tekanan tinggi dapat dilakukan pada suhu sekitar atau refrigerator (dingin). Teknologi ini terutama bermanfaat untuk produk-produk yang sensitive terhadap panas.  

1.2 Rumusan Masalah
1.        Bagaimana prinsip pengawetan makanan dengan tekanan tinggi ?
2.             Apa saja alat kerja yang diperlukan ?
3.             Bagaimana mekanismenya sehingga bisa mengawetkan dan membunuh bakteri?
4.             Apa saja contoh penerapan atau aplikasi pengawetan ini dalam bahan makanan ?
5.             Apa saja kelebihan dan pengaruhnya terhadap kandungan gizi makanan ?








II.             PEMBAHASAN


2.1            Prinsip Pengawetan dengan Tekanan Tinggi

                  Prinsip kerja HHP yaitu dengan tekanan yang tinggi maka fungsi seluler suatu mikroorganisme dapat terganggu. Teknologi HHP menggunakan energi panas yang rendah sehingga tidak menyebabkan terbentuknya zat kimia baru, radiolitik, dan radikal bebas pada produk pangan. HHP memiliki 3 parameter utama dalam prosesnya yaitu temperatur (T), tekanan (p), dan waktu (t). Di mana pada proses termal hanya ada 2 parameter yang paling penting yaitu temperatur dan waktu.
                    Hal ini menyebabkan desain proses pada teknologi HHP lebih bervariasi. Selain itu, parameter yang juga berkontribusi dalam metode HHP adalah laju pasteurisasi/dekompresi, distribusi panas, pH, aktivitas air (aw), temperatur awal produk, dan komposisi produk pangan. Menurut Heinz and Buckow (2009), tekanan hidrostatik dihasilkan dengan meningkatkan energi bebas. Pada industri pangan, tekanan yang diberikan dapat mencapai 800 MPa. Tekanan diberikan secara kons­tan selama beberapa detik atau beberapa menit. 

2.2            Alat Kerja dan Mekanisme Kerja Pengawetan Tekanan Tinggi

      Peralatan pengawetan dengan tekanan tinggi menggunakan proses perendaman produk pangan (umumnya dengan air) dalam tabung yang tekanannya bisa ditingkatkan. Caranya dengan memompakan cairan tambahan ke tabung yang volumenya tetap atau dengan memperkecil volume tabung. Karena itu, proses pengawetan itu sering disebut High Hydrostatic Pressure (HHP). Istilah lain yang sering dijumpai pada literatur adalah Ultra High Pressure (UHP) dan High Pressure Processing (HPP). Untuk keperluan keselamatan kerja, tabung harus didesain mampu menahan tekanan tinggi, sampai 800 Mpa, dalam waktu operasi cukup lama. Dalam operasinya, proses perlakuan tekanan tinggi ini bisa dilakukan secara batch maupun semi-kontinu. Desain saat ini membuat tekanan dengan pompa osilasi dalam bentuk pulsa bersiklus, selama sekitar 20 menit. Karena pengaruh tekanan tinggi, air dan produk pangan akan terkompresi. Pada tekanan 600 Mpa, volume air akan berkurang sampai 15 persen. Karena itu, pengemas produk harus didesain cukup kuat (terutama bagian sambungan) untuk mampu menahan kompresi dan fluktuasi volume.
            Tekanan tinggi ini mampu membunuh bakteri yang akan tumbuh pada bahan pangan. Karena pada umumnya bakteri akan terganggu membran selnya jika dikenai perlakuan tekanan 250 Mpa. Jika diberi pulsa tekanan sampai 600 Mpa dan kemudian dikembalikan pada tekanan atmosfer, maka kerusakan membran akan mengganggu fungsi-fungsi seluler sehingga akhirnya mikroba mati.
      Dalam berbagai penelitian terakhir, dilaporkan bahwa pemusnahan mikroba patogen -seperti Listeria pada produk-produk daging, Salmonella pada telur dan unggas, Vibrio pada oyster, dapat dilakukan dengan baik melalui perlakuan HPP.
      Perlakuan tekanan tinggi juga secara efektif membunuh mikroba patogen pada jus jeruk yaitu Salmonella dan E.coli 0157:H7; tanpa harus mengubah kesegaran dan karakterisktik alami lainnya. Spora lebih sulit diinaktivasi dengan tekanan tinggi. Mikroba yang paling tahan tekanan sampai saat ini adalah endospora bakteri gram-positip.

2.3            Penerapan atau Aplikasi Teknik Tekanan Tinggi pada Bahan Pangan

              Pengawetan dengan tekanan tinggi ini bisa diterapkan ke banyak bahan pangan yang memang tidak tahan terhadap pengawetan dengan suhu tinggi (sensitif). Karena aplikasi suhu tinggi dapat memicu kerusakan mutu produk pangan, terutama kesegaran dan aroma. High Hydrostatic Pressure (HHP) atau High Pressure Processing (HPP) merupakan sebuah metode pengawetan pangan tanpa proses termal di mana produk pangan dikemas terlebih dahulu lalu diberikan tekanan air sebesar 100 hingga 900 MPa. Dalam industri pangan, umum­nya HHP diaplikasikan pada tekanan di atas 350 MPa selama beberapa detik atau beberapa menit. Buah-buahan merupakan produk pangan pertama yang pertama kali dikomersilkan untuk diproses menggunakan teknologi HHP di negara tersebut. Kemudian pada tahun 1996, teknologi ini mulai digunakan secara komersil di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Dalam satu dekade terakhir, penggunaan HHP pada produk pangan semakin pesat. Pada tahun 2009, terdapat 128 industri pangan yang telah menggunakan teknologi tersebut. Teknologi ini banyak digunakan pada pengolahan produk sayuran serta produk daging dan olahannya. Selain itu juga banyak diaplikasikan pada produk perikanan dan jus buah. Sayangnya di Indonesia penggunaannya masih cukup jarang. pengaruh aplikasi tekanan tinggi pada hampir setiap mikroba dalam proses pengawetan pangan-baik mikroba fermentatif, pembusuk atau juga penyebab penyakit (patogen)-telah dipelajari intensif.
Berikut ini adalah tabel pengaplikasian pengawetan tekanan tinggi :
Produk pangan
Kondisi proses
Komentar
Susu
500-700 MPa, 66-71ÂșC, 1-3 jam
Bertahan selama 20 hari
Jus Jeruk
680 MPa, RT, 10 menit
Mencegah fermentasi
Jus apel
410 – 820 MPa, RT, 30 menit
Mencegah fermentasi
Peach, pear
410 MPa, RT, 30 menit
Dalam kondisi baik selama 5 tahun
Tomat
680 MPa, RT, 60 menit
Sebagian rusak
Blackberry, Rasberry
Tekanan rendah
Biasanya terfementasi
Peas, beans, beet
Tidak spesifik
Sampel membusuk

Ket : RT = room temperature (suhu ruang)

Contoh aplikasi HHP pada Jus Jeruk :

      Sebuah metode sterilisasi bertekanan tinggi baru-baru ini dikembangkan untuk memungkinkan jus alami untuk disimpan untuk waktu yang lama. Tekanan tinggi ini metode sterilisasi bebas dari kelemahan-kelemahan tersebut di mana kualitas adalah jus alami yang memburuk dan tak terelakkan untuk pemanas metode sterilisasi, seperti kekurangan termasuk penghancuran elemen bergizi, dispersi unsur aromatik penurunan warna dan rasa jus disterilkan. Hasil yang dipublikasikan eksperimen mengenai metode sterilisasi bertekanan tinggi menunjukkan bahwa mikroorganisme, termasuk jamur dan ragi yang dapat menyebarkan dan dapat menjadi penyebab pembusukan, seluruhnya dibunuh oleh karena dikompresi dengan tekanan tinggi 2.000 atm. Selama 10 menit, memberikan proses tekanan tinggi dilakukan untuk jus alami buah jeruk yang nilai pH tidak melebihi 4,5. Meskipun bakteri, spora dan sejenisnya tidak dapat dibunuh oleh tekanan tinggi proses sterilisasi dilakukan dengan tekanan tinggi 2.000 atm. Selama kurang lebih 10 menit, karena bakteri, spora dan sejenisnya tidak dapat berkembang biak dalam jus asam yang nilai pH tidak melebihi 4,5; jus alami diperlakukan dengan tekanan tinggi proses sterilisasi tidak mengijinkan pembusukan terjadi di dalamnya dan merupakan boleh disimpan untuk waktu yang lama.
      Enzim yang membusuk pektin yang terkandung dalam jus alami, bagaimanapun, tidak dinonaktifkan oleh proses sterilisasi tekanan tinggi, bahkan jika tekanan setinggi 6.000 atm. dan periode sterilisasi selama 30 menit. Dengan demikian, membusuk enzim pektin yang terkandung dalam jus alami tetap aktif bahkan setelah jus diperlakukan dengan proses sterilisasi tekanan tinggi dan menghilangkan koloid jus ke presipitasi dari unsur-unsur berserat buah dan jus jernih, resultantly sisa kekurangan unremoved oleh tekanan tinggi proses sterilisasi.              
     Dengan demikian, obyek dari penemuan ini adalah untuk menyediakan sebuah metode untuk mengobati jus buah dengan tekanan tinggi, metode mana yang efektif membunuh mikroorganisme misalnya jamur, khamir dan sejenisnya dan juga untuk membubarkan membusuk enzim pektin, resultantly mempertahankan jus alami yang telah diobati dengan metode sebagai suspensi koloid di mana elemen-elemen berserat digabungkan dengan satu sama lain karena fungsi pektin dan mencegah dari jus alami yang larut dalam curah hujan dan jus jernih.                               
       Untuk mencapai objek tersebut, metode untuk mengobati jus buah dengan tekanan tinggi sesuai dengan penemuan ini memiliki langkah untuk menambahkan enzim proteolitik terutama yang aktif di lingkungan asam, ke jus buah alami yang mengandung pektin dan setidaknya membusuk enzim pektin , dan satu langkah untuk mengompresi jus buah alami dengan tekanan tinggi lebih dari 2.000 atm., dengan demikian membunuh mikroorganisme misalnya jamur, khamir dan sejenisnya dan juga membusuk dan membusuk menonaktifkan enzim pektin yang merupakan protein, hasilnya sisa jus yang koloid undissolved ke unsur berserat buah dan jus jernih. Metode untuk memperlakukan jus buah dengan tekanan tinggi dari penemuan ini adalah boleh diterapkan untuk mensterilkan setiap jus buah jeruk, apel, persik atau sejenisnya dari yang nilai pH adalah 2,0 melalui 5.0, karena setiap dari jus alami dari buah-buahan mengandung pektin dan setidaknya satu enzim pektin membusuk. Dengan kata lain, sebuah koloid suspensi, kombinasi dari unsur-unsur berserat buah-buahan tersebut dan pektin, yang boleh diperlakukan dengan metode untuk mengobati jus buah dengan tekanan tinggi penemuan ini, tanpa jus alami adalah sebagai-diekstrak 100% jus , kental jus, jus diencerkan, atau jus bercampur dengan gula atau beberapa asam organik.                       
       Karena nilai pH jus paling alami berkisar dari 2,0 sampai 5.0, satu atau lebih enzim proteolitik (masing-masing yang disebut protease asam) yang aktif dalam asam, misalnya cathepsin D, rennin dan sejenisnya sedang atau akan ditambahkan ke pektin membusuk enzim untuk tujuan untuk menonaktifkan enzim pektin yang membusuk protein, misalnya pektin Esterase dan polygalacturonase. 
       Jumlah enzim proteolitik tersebut akan ditambahkan diperlukan untuk menjadi kuantitas cukup untuk menguraikan pektin-membusuk tersebut enzim dengan proses sterilisasi bertekanan tinggi dengan 2.000 atm. Hal ini perlu untuk merujuk pada bahwa jumlah tersebut enzim proteolitik yang akan ditambahkan dapat dipilih sepadan dengan kekuasaan atau kemampuan untuk menonaktifkan enzim proteolitik bekerja dan konsentrasi enzim membusuk pektin yang terkandung dalam jus alami untuk sterilizated.  Dengan kata lain, enzim proteolitik diperbolehkan untuk ditambahkan ke jus alami segera setelah diekstraksi, setelah kental, setelah diencerkan atau setelah ditambahkan dengan gula atau asam organik. Kuantitas enzim proteolitik untuk ditambahkan diperlukan untuk menjadi cukup untuk menonaktifkan seluruh kuantitas enzim pektin membusuk. Enzim proteolitik yang aktif dalam asam dapat ditambahkan bahkan setelah jus alami diaplikasikan dengan tekanan tinggi proses sterilisasi yang dilakukan dengan tekanan tinggi lebih dari 2.000 atm., Dan ini lebih menguntungkan dari sudut pandang dari kegiatan yang proteolitik enzim. Namun, karena sulit untuk memperoleh enzim proteolitik yang tidak mengandung mikroorganisme seperti jamur dan / atau ragi (Dalam kasus proses sterilisasi pemanas, sebuah enzim proteolitik juga dinonaktifkan.), Dan juga karena sulit untuk menambahkan proteolitik enzim untuk jus alami, setelah jus dikemas dalam paket yang tertutup, sebuah enzim proteolitik diperlukan untuk ditambahkan ke jus alami, sebelum proses sterilisasi bertekanan tinggi diterapkan. 
       Tekanan yang diberikan dan periode aplikasi tekanan ditentukan, mengikuti sifat mikroorganisme untuk dibunuh, dan tekanan yang diberikan biasanya dipilih antara 2.000 sampai 7.000 atm dan periode aplikasi tekanan biasanya dipilih antara 5 hingga 120 menit. Tekanan yang diberikan dan periode aplikasi tekanan bisa berkurang, jika jus alami atau tekanan air sedang dipanaskan dalam tingkat di mana pemanasan tidak memburuk kualitas olahan jus alami, dan jika suhu jus dikendalikan dengan menggunakan air jaket , selama periode di mana proses sterilisasi tekanan tinggi diterapkan pada jus alami. Namun, karena tekanan tinggi proses sterilisasi dilakukan dengan 2.000 sampai 5.000 atm selama 5 hingga 30 menit sudah cukup untuk membunuh mikroorganisme misalnya cetakan, yang ragi yang dapat berkembang biak dalam asam yang nilai pH adalah 2,0 melalui 5.0, dan karena tekanan tinggi proses sterilisasi dilakukan dengan suhu tinggi lebih dari 2.000 atm cenderung memburuk aktivitas enzim proteolitik yang aktif dalam asam, tekanan tinggi proses sterilisasi yang akan dilaksanakan di bawah suhu normal lebih disukai.
      Selama periode di mana tekanan tinggi proses sterilisasi dilakukan, jus alami yang akan disterilkan adalah boleh disegel dalam sebuah paket yang lembut dan mudah untuk mengirim suhu. Jus alami yang akan disterilkan adalah boleh dikemas dalam sebuah paket, misalnya, sebuah kantong terbuat dari plastik lembut film, sebuah kotak yang terbuat dari kertas keras, sebuah cangkir terbuat dari plastik keras atau kertas film, sebelum disegel, tanpa udara tersisa di dalamnya.
Karena tidak ada udara yang tersisa dalam paket, paket seragam dinding menerima tekanan pada seluruh sisi daripadanya.. Oleh karena itu, paket dinding terbuat dari bahan yang lembut tidak rusak bahkan di bawah tekanan tinggi ekstrim lebih dari 2.000 atm.

2.4            Keunggulan dan Pengaruhnya Terhadap Kandungan Gizi

                        Keunggulan dari aplikasi tekanan tinggi dalam proses pengolahan adalah kemungkinan untuk melakukan proses pada suhu ruang atau bahkan pada suhu yang lebih rendah. Pengolahan pada suhu rendah dapat mempertahankan kualitas nutrisi dan sifat fungsional dari bahan. Selain itu, proses pengolahan tekanan tinggi terbukti ramah lingkungan dan merupakan teknologi yang bebas limbah. Pengolahan dengan suhu tinggi selain memiliki dampak yang baik terhadap proses pengawetan produk pangan, juga berdampak terhadap terjadinya modifikasi dan separasi produk. Pengembangan proses blansir konvensional menggunakan panas yaitu mencegah kehilangan zat nutrisi, kualitas produk dan limbah yang minimal.
Keunggulan :
1.      respon yang cepat sehingga distribusi dengan cepat pada seluruh bagian produk (tidak ada gas).
2.      keseragaman distribusi, tidak tergantung pada ukuran dan sifat geometri sampel.
3.      Suhu rendah/kamar dapat menurunkan penurunan atau kehilangan kualitas yang rentan terhadap panas.
4.      Aplikasi mempengaruhi secara langsung terhadap ikatan non-kovalen sehingga mempertahankan kualitas warna, flavor dan nutrisi.
5.      Meningkatkan laju biokonversi, meningkatkan produksi metabolit, meningkatkan proses separasi.
6.      Meningkatkan transfer panas, mengurangi oksidasi
7.      teknologi bebas limbah, proses ramah lingkungan.
8.      kompresi terhadap volume lebih kompak, terbentuk, dan terlapisi.
9.      mempengaruhi aktivitas enzim dan mikrobial untuk pengawetan pangan.









III.         PENUTUP

3.1            Kesimpulan

Pada makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa: bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga untuk menunda kerusakannya bisa dilakukan pengawetan.Pengawetan dilakukan dengan beberapa cara, bisa dengan menambahkan zat additive dan dengan perlakuan lainnya.Salah satu contoh perlakuan pengawetan yaitu dengan tekanan tinggi.Pengawetan dengan tekanan tinggi bisa mengurangi kehilangan flavour pada bahan pangan.

3.2            Saran

                  Pengawetan dengan tekanan tinggi dalam proses pengolahan memiliki banyak keunggulan Bagi produsen makanan hendaknya jangan hanya ingin mendapatakan keuntungan yang besar te tapi juga memperhaatikan aspek kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya yaitu dengan menggunakan zat aditif yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Sebaiknya produsen makanan mengawetkan makanan dengan tekanan tinggi tanpa menggunakan zat aditif yang berbahaya. Hal tersebut karena pengawetan dengan tekanan tinggi dapat mempertahankan kualitas nutrisi dan sifat fungsional dari bahan. Selain itu, proses pengolahan tekanan tinggi terbukti ramah lingkungan dan merupakan teknologi yang bebas limbah






DAFTAR PUSTAKA

1. Hariyadi, Purwiyatno. 2010. TEKNOLOGI ULTRA HIGH PRESSURE  
    PanganTetap Segar dalam Tekanan Besar.

2. Muchtadi, Tien. Ayustaningwarno, Fitriyono. 2010. Teknologi proses
    pengolahan pangan. ALFABETA: Jakarta
3. Rendueles, E., et al., Microbial food safety assesment of high hydrostatic
    pressure processing: A review. LWT-Food Science and Technology (2010)
4. Dekker, Marcel. Nonthermal Pelestarian Makanan.
5. Kumar, Praveen. dkk. 2006. High Hydrostatic Pressrure Extration of
     Antioxidantd from Morinda Citrifolia Fruit-Process Parameter Optimization.
6. Barbosa Canovas, GV, Gongora-Nieto, MM, Rodriguez, JJ dan Swanson,
    BG. MAKANAN ENGINEERING - Vol. III - pengolahan nonthermal
    Makanan dan Emerging Technologies.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments


PENGANTAR ILMU EKONOMI
(RESPONSI)
KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

Oleh

                               Artha Regina Tambunan                       1114051010
                               Ginta Perdana Putra                             1114051023
                               Putri Eka Wijayanti                             1114051042
                               Siti Maesari                                          1114051053
                               Widya Astari                                         1114051064


                                                   

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012




                                               KEBIJAKAN MONETER

A.                Pengertian
                Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter juga Dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
            Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
            Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang agar tujuan dari kebijakan moneter dapat terealisasikan. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.


B.            Macam-macam Kebijakan Moneter
            Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar. Apabila tidak ada kebijakan ini maka jumlah uang di suatu negara akan menipis sehingga transaksi atau jual beli disuatu negara akan terganggu. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
2.  Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Kebijakan ini biasanya dilakukan saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

C.   Instrumen Kebijakan Moneter
            Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain : 
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
5.  Kredit selektif
Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit
6.  Politik sanering
Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.



D.    Tujuan Kebijakan Moneter
            Kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan ekonomi moneter adalah untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :
·           Kesempatan kerja.
      Dengan adanya kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka makin besar dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka dapat juga membantu masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan karyawan.
·           Kestabilan harga
       Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah, tiap tahunnya harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk mencegah harga yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga sehingga harga tidak mengalami kenaikkan setiap tahunnya. Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan.
·           Neraca pembayaran internasional
       Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
·      Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
·       Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat harga.
·       Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
·        Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.


.KEBIJAKAN FISKAL

A.    Pengertian Kebijakan Fiskal
            Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan fiskal juga dapat diartikan sebagai kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.
            Kebijakan pemerintah ini ditujukan unuk mempengaruhi jalan atau proses kehidupan ekonomi masyarakat melalu Anggaran Belanja Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
            Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
§  Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
§  Pola persebaran sumber daya
§  Distribusi pendapatan


B.   Instrumen Kebijakan Fiskal
            Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Adapun instrumen-instrumen nya antara lain :
·      Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
·           Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
·           Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

C.      Kebijakan Fiskal Pada Pendapatan Nasional
       Pada sistem perekonomian yang tertutup (tidak ada perdagangan internasional) maka pendapatan nasional (Y) dapat tersusun atas konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G). Dirumuskan :

C = aY + b
Dimana konsumsi (C) sebagai fungsi dirumuskan sebagai :


Pendapatan disposibel (YD) sebagai nilai pendapatan yang dapat dibelanjakan diformulasikan sebagai :

   YD = Y – Tx + Tr
    YD = C + S

 


Keterangan :

    S = (1-a)Y – b
Tx : Pajak
Tr : Transfer pemerintah
S : Saving
Dimana saving dapat difungsikan sebagai :


Dengan pendekatan matematis dapat ditemukan adanya angka pengganda/ multiplier dalam perekonomian dengan penggunaan kebijakan fiskal, yaitu :
·         Angka pengganda investasi
·         Angka pengganda konsumsi
·         Angka pengganda pengeluaran pemerintah
·         Angka pengganda transfer pemerintah
·         Angka pengganda pajak.

D.  Tujuan Kebijakan Fiskal

            Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N). Biaya transfer pemerintah merupakan pengeluaran-pengeluaran pemerintah yag tidak menghasilkan balas jasa secara langsung. Contoh pemberian beasiswa kepada mahasiswa, bantuan bencana alam dan sebagainya.

E.                 Konsep-konsep Dasar

            Kebijakan fiskal memiliki beberapa konsep, adapun konsepnya adalah sebagai berikut:
·         Kebijakan fiskal : perubahan-perubahan pada belanja atau penerimaan pajak pemerintah pusat yang dimaksudkan untk mencapai penggunaan tenaga kerja-penu, stabilitas harga, dan laju pertumbuhan ekonomi yang pantas.
·         Kebijakan Fiskal Ekspansioner : peningkatan belanja pemerintah dan/atau penurunan pajak yang dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk domestik bruto dan  menurunkan angka pengangguran.
·         Kebijakan Fiskal Kontraksioner : Pengurangan belanja pemerintah dan/atau peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol inflasi.
·         Efek Pengganda : dalam ilmu ekonomi, peningkatan belanja oleh konsumen, perusahaan atau pemerintah akan menjadi pendapatan bagi pihak-pihak lain. Ketika orang ini membelanjakan pendapatkannya, belanja tersebut menjadi pendapatan bagi orang lain dan seterusnya, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi dalam suatu perekonomian. Efek pengganda dapat juga berdampak sebaliknya ketika belanja mengalami penurunan.
·         Kebiljakan Fiskal Sisi-penawaran : kebijakan fiskal dapat secara langsung mempengaruhi bukan saja permintaan agregat, namun juga penawaran agregat. Sebagai contoh, pemotongan tarif pajak akan memberikan insentif  bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi atau investasi barang modal karena mereka memperoleh pendapatan setelah pajak yang lebih besar yang kemudian dapat dibelanjakan.
·       Membiayai Defisit & Memanfaatkan Surplus :
–Meminjam dari publik atau luar negeri (crowding out )
–Mencetak uang

·       Memanfaatkan surplus
–Mengurangi hutang
–Disimpan

F.       Masalah dalam Kebijakan Fiskal
       Kebijakan fiskal sering kali menghadapi permasalah seperti yang disebutkan di bawah ini :
•    Masalah waktu
•    Pertimbangan politis
•    Respon pelaku ekonomi
•    Dampak crowding-out
•   Kondisi perekonomian dunia/luar negeri

v  Masalah Pokok Ekonomi Makro
Tingkat kegiatan ekonomi Negara pada suatu waktu tertentu adalah berbentuk salah satu dari tiga keadaan, yaitu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
(full employment), menghadapi masalah pengangguran dan menghadapi masalah inflasi. (Sadono Sukirno, 2000)
• Tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)
Keadaan ini merupakan keadaan yang ideal untuk setiap perekonomian.Dalam perekonomian yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi tenaga kerja penuh tercapai ketika pendapat nasional sama dengan pendapat nasional potensial.
• Masalah Pengangguran
Masalah ini terjadi karena pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Jurang deflasi, yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi deflasi terjadi sat pendapatan nasional lebih kecil dari pada pendapatan national potensial. Akibatnya, penawaran barang dan jasa jauh melebihi permintaan.


• Masalah Inflasi
Pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan harga-harga inflasi.




Rankuman :
Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter dalam bentuk pengendalian agregat moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan Moneter terbagi menjadi 2 yaitu :Kebijakan moneter ketat dan Kebijakan moneter longgar. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan : Kesempatan Kerja, Kestabilan harga, Neraca Pembayaran Internasional. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain : Operasi Pasar Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib, Himbauan Moral, Kredit selektif, Politik sanering.
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan Anggaran terbagi menjadi 3, yaitu : Anggaran Defisit, Anggaran Surplus, Anggaran Berimbang.



Sumber:
http://www.scribd.com/doc/32623450/Ekonomi-Kebijakan-Fiskal
http://id.shvoong.com/social-sciences/1997514-arti-dan-tujuan-kebijakan-fiskal/










·         Penulis/Penyusun : Prof.R. Mansury Ph.D.
·         No. Kode : book/21
·         Penerbit : Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan (YP4)
·         Tahun Terbit : 1999
·         Jumlah Halaman : 112
·         Harga : Rp. 25.000,-


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments